Proses perceraian antara Asri Welas dan Galiech Ridha Rahardja telah membawa kesedihan bagi anak-anak mereka, terutama putra sulung mereka, Rajwa Gilbram Ridha Rahardja atau Ibam, yang kini berusia 15 tahun. Ibam merasa sedih dan takut kehilangan salah satu orang tuanya ketika mengetahui bahwa kedua orang tuanya akan berpisah. Galiech, saat ditemui di Pengadilan Agama Depok, Jawa Barat, mengungkapkan bahwa Ibam pernah merasakan sedih akibat situasi tersebut.
Meskipun awalnya merasa berat, Ibam kini telah menerima keputusan perceraian orang tuanya. Menurut Galiech, Ibam mulai memahami bahwa perceraian itu merupakan jalan terbaik bagi kedua orang tuanya karena mereka telah membuat keputusan bersama. Galiech juga menyebut bahwa Ibam telah menunjukkan kematangan dalam menghadapi situasi tersebut.
Komunikasi yang baik antara Galiech dan Asri dalam menjelaskan situasi kepada anak-anak mereka menjadi faktor penting dalam membantu Ibam memahami proses perceraian orang tuanya. Galiech menjelaskan bahwa Ibam sudah cukup dewasa untuk memahami situasi tersebut dan dia selalu memperlakukan Ibam sebagai teman. Ibam juga terlibat dalam proses perceraian tersebut dan mengikuti perkembangan yang terjadi.
Sementara Ibam telah mampu menerima keputusan perceraian orang tuanya dengan bijak, anak bungsu mereka, Renzo Gibrar Ridha Rahardja, yang masih berusia lima tahun, sempat kebingungan dan bertanya tentang keberadaan ayahnya yang tidak lagi tinggal di rumah. Renzo, dalam usianya yang masih sangat muda, mungkin mengalami kesulitan dalam memahami perubahan yang terjadi dalam keluarganya akibat perceraian orang tuanya.
Dalam menghadapi situasi perceraian orang tuanya, Ibam dan Renzo memiliki respon yang berbeda sesuai dengan usia dan pemahaman mereka. Dukungan dan komunikasi yang terbuka dari kedua orang tua menjadi kunci penting dalam membantu anak-anak mereka menghadapi perubahan tersebut dengan lebih baik.
Galiech berusaha memberikan penjelasan yang sesuai dengan usia sang anak agar Renzo tidak merasa kehilangan. Sang anak pernah bertanya, ‘Jangan tinggal semalam di rumah Eyang ya.’ Galiech pun menjawab dengan sabar, ‘Papi sedang bekerja, makanya harus pergi ke rumah Eyang.’ Meski demikian, Galiech selalu menyempatkan waktu untuk pulang setiap akhir pekan sebagai bentuk kehadiran dan kebersamaan dengan keluarganya.
Menyadari bahwa usia Renzo yang masih kecil membuatnya belum sepenuhnya memahami situasi, Galiech berencana memberikan penjelasan lebih rinci saat sang anak sudah cukup besar. Ia berpikir untuk menjelaskan sepenuhnya ketika Renzo mencapai usia 16 atau 17 tahun. Meskipun begitu, Galiech selalu menekankan pada Renzo bahwa meskipun mereka berpisah, ia tetap akan selalu menjadi ayah Renzo dan Renzo tetap akan selalu menjadi anaknya. Galiech menegaskan bahwa perhatian dan kasih sayang akan selalu hadir untuk Renzo.
Galiech menyadari pentingnya memberikan pengertian yang sesuai dengan usia anaknya. Ia merencanakan untuk memberikan penjelasan yang lebih mendalam pada Renzo ketika ia sudah cukup dewasa untuk memahami situasi keluarga mereka. Galiech berpikir bahwa saat Renzo mencapai usia remaja, ia akan memberikan penjelasan yang lebih jelas dan transparan mengenai keadaan keluarga mereka.
Dalam pikiran Galiech, ia mempertimbangkan untuk memberikan penjelasan yang lebih lengkap pada Renzo ketika Renzo sudah cukup matang. Ia berharap bahwa saat Renzo tumbuh dewasa, ia bisa lebih memahami kondisi keluarga mereka dengan lebih baik. Meskipun terpisah, Galiech selalu menekankan pada Renzo bahwa cinta dan perhatian dari seorang ayah akan selalu ada untuknya.
Galiech menjelaskan bahwa ia akan memberikan penjelasan yang tepat pada Renzo saat ia sudah cukup usia untuk memahaminya. Ia berharap bahwa pada saat Renzo mencapai usia remaja, ia bisa menerima penjelasan dengan bijaksana. Galiech menegaskan bahwa meskipun keadaan berubah, hubungan mereka sebagai ayah dan anak tetap tak akan pernah berubah. Galiech selalu menegaskan bahwa ia akan selalu hadir untuk Renzo dengan kasih sayang dan perhatian yang tak terbatas.
Leave a Reply