Kabar mengenai potensi akuisisi perusahaan produsen prosesor Intel oleh Qualcomm, pembuat chip mobile Snapdragon, semakin menguat seiring dengan penurunan kinerja bisnis Intel dan harga saham yang terus merosot dalam beberapa bulan terakhir. Cristiano Amon, CEO dari Qualcomm, dilaporkan telah terlibat langsung dalam rencana akuisisi perusahaan chip asal Santa Clara, California, Amerika Serikat (AS). Sebuah sumber industri yang berbicara kepada Reuters menyatakan bahwa keterlibatan Amon terutama berfokus pada negosiasi bisnis dengan Intel.
Selain proses negosiasi, sumber lain juga menyebutkan bahwa Cristiano Amon sedang mengkaji berbagai opsi terkait dengan proses akuisisi, terutama dalam hal biaya dan kesepakatan yang akan diajukan oleh Qualcomm terkait pembelian Intel. Saat ini, belum ada informasi yang menegaskan kebenaran rencana akuisisi Intel oleh Qualcomm. Baik pihak Intel maupun Qualcomm belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait kabar tersebut, meninggalkan banyak spekulasi dan tanda tanya di kalangan pengamat industri.
Jika kabar akuisisi tersebut benar adanya, maka pembelian Intel oleh Qualcomm berpotensi menjadi salah satu akuisisi bisnis terbesar dalam sejarah, terutama setelah upaya Broadcom yang gagal dalam mengakuisisi Qualcomm senilai 142 miliar dolar AS pada tahun 2018. Akuisisi tersebut tentu akan mengguncang pasar dan mengubah dinamika industri chip global, dengan Qualcomm sebagai salah satu pemain kunci dalam industri semikonduktor.
Meskipun spekulatif, rencana akuisisi ini mencerminkan perubahan besar dalam ekosistem teknologi global, di mana perusahaan-perusahaan besar berusaha untuk memperkuat posisi mereka dalam persaingan yang semakin sengit. Tidak hanya sekadar strategi bisnis, akuisisi ini juga dapat menjadi titik balik penting dalam perjalanan kedua perusahaan menuju inovasi dan posisi yang lebih kuat di pasar chip global.
Tentu saja, proses akuisisi ini akan menjadi sorotan utama dan dipantau dengan cermat oleh berbagai pihak terkait, baik dari segi regulasi, dampak pasar, maupun implikasi jangka panjang terhadap industri teknologi. Keputusan akhir Intel dan Qualcomm terkait akuisisi ini akan menjadi tonggak bersejarah yang berpotensi mengubah lanskap industri chip dan teknologi informasi secara keseluruhan. Semua mata akan tertuju pada perkembangan lebih lanjut terkait rencana yang mencengangkan ini.
Langkah bisnis ini diperkirakan akan menarik perhatian dari otoritas regulasi di berbagai wilayah operasional Qualcomm dan Intel, seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Eropa. Potensi monopoli pasar chip bisa menjadi isu yang signifikan apabila Intel berada di bawah kendali Qualcomm, sebagaimana dilansir oleh KompasTekno dari Reuters pada Senin, 23 September 2024. Untuk menghindari potensi monopoli, Qualcomm disebut harus mempertimbangkan opsi seperti menjual beberapa divisi atau unit bisnis yang saat ini berada di bawah Intel.
Untuk mengantisipasi masalah monopoli, Qualcomm mungkin harus mempertimbangkan untuk melepaskan sebagian divisi atau unit bisnis yang dikelola oleh Intel. Berita terkait kemungkinan akuisisi bisnis Intel oleh Qualcomm bukanlah hal yang baru. Sebelumnya, pada awal September, terdapat laporan bahwa Intel berencana untuk melepaskan sejumlah unit bisnis dan asetnya, yang diyakini menarik perhatian Qualcomm selama beberapa bulan terakhir.
Menurut sumber yang berbicara kepada Reuters, tidak hanya divisi desain client PC Intel yang menarik perhatian Qualcomm, melainkan juga semua unit desain dari Intel. Potensi akuisisi ini menjadi topik yang hangat dibicarakan selama beberapa waktu terakhir. Di tengah kabar ini, Qualcomm dan Intel diharapkan melakukan langkah-langkah strategis untuk memastikan keberlangsungan bisnis mereka tanpa melanggar regulasi anti-monopoli.
Keputusan Qualcomm untuk mengakuisisi bisnis Intel juga akan mempengaruhi dinamika industri chip internasional dan memicu perhatian dari para regulator utama di AS, China, dan Eropa. Langkah strategis ini akan membutuhkan persetujuan dan kajian yang cermat dari berbagai pihak terkait untuk memastikan tidak terjadi praktik monopoli yang merugikan pasar dan konsumen. Potensi restrukturisasi bisnis ini memerlukan perhatian serius dari kedua perusahaan guna menjaga transparansi, etika bisnis, dan keberlanjutan ekonomi yang sehat.
Leave a Reply